Latest News

Friday, December 26, 2014

Stop Mengungkit Kata "ANTEK ASING" !!!!!


Stop Mengungkit Kata "ANTEK ASING" !!!!!
10 Tahun Kemajuan ACEH di segala lini bahkan jauh melampaui sebelum Tsunami Menyadarkan Kita Akan Peran 40 negara mengirim tentara ke Aceh untuk memberikan bantuan kemanusian. Inilah operasi militer tanpa perang terbesar di dunia setelah Perang Dunia II.
REFLEKSI 10 TAHUN TSUNAMI ACEH, TERIMA KASIH DUNIA
BANDA ACEH - Hari ini, satu dasawarsa lalu, Aceh
digulung gelombang raya. Dunia ikut berduka dan konflik
bersenjata yang melanda Bumi Serambi Makkah selama
tiga dasawarsa akhirnya mereda. Mari sejenak kita
merenung, mengenang mereka yang telah tiada.
Minggu pagi kelabu pada 26 Desember 2004. Langit Aceh
begitu cerah, kicau burung masih terdengar dan warga
sekitar pantai masih bisa tersenyum. Tepat pukul 07.58
WIB, bumi mulai bergoyang. Gempa berkekuatan lebih 9,2
skala Richter mengguncang.
Pusatnya di dasar Samudera Hindia, 160 kilometer sebelah
barat Aceh dengan kedalaman 10 kilometer. Inilah gempa
terdahsyat, setidaknya dalam 40 tahun terakhir. Gempa
dirasakan hingga Semenanjung Malaysia, Thailand, India,
Sri Lanka, hingga timur Afrika.
Kepanikan melanda, warga berhamburan keluar rumah,
kemudian duduk di tanah. Sulit untuk berdiri karena
kuatnya goncangan. Zikir, azan, dan doa-doa terdengar
seiring bumi mengayun. Dataran bergetar keras hingga 10
menit, terlama sepanjang sejarah.
Sejurus kemudian terdengar beberapa ledakan yang
diperkirakan dari dasar laut. Beberapa bangunan seperti
Swalayan Pante Pirak di Banda Aceh roboh. Seketika
sinyal selular mati. Tak lama kemudian air laut surut,
mengering, ikan-ikan menggelepar.
Dikarenakan minimnya pengetahuan, banyak warga di
dekat pantai justru memungut ikan-ikan itu, tak tahu
bahwa maut mengintai. Sebagian lagi penasaran menatap
fenomena langka dan melarikan diri karena ketakutan.
Tiba-tiba ombak besar hitam pekat menuju daratan,
melumat apa saja di sekitar pantai kemudian menyeretnya
hingga 5 kilometer. Tsunami terdahsyat dalam setengah
abad terakhir bukan hanya menyapu Aceh, tapi juga
berdampak ke pesisir 14 negara sepanjang Samudera
Hindia. Merenggut lebih 200 ribu korban jiwa.
Tak terhitung harta benda yang hilang. Bumi Aceh luluh
lantak. Sebagian besar bangunan dekat pantai lenyap
ditelan gelombang, hanya beberapa masjid yang tersisa.
Jenazah-jenazah bergelimpangan di antara sampah-
sampah dan kehancuran hasil kerja tsunami. Denyut
perekonomian dan aktivitas pemerintahan lumpuh total.
Jerit histeris korban luka, kehilangan orangtua, keluarga,
dan sanak saudara menggema di antara lantunan-
lantunan takbir memuji Yang Maha Kuasa. Tsunami
menghancurkan pesisir Aceh sepanjang 800 kilometer,
setara panjangnya Kota Jakarta hingga Surabaya. Laut
menelan beberapa permukiman.
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh mencatat
120 ribu rumah penduduk di Aceh hancur total. Sebanyak
600 ribu warga Aceh dan Nias kehilangan tempat tinggal
hanya dalam beberapa detik. 1.617 kilometer jalan, 260
jembatan, dan 690 rumah sakit rusak berat.
Seluruh penduduk bumi tercengang dengan petaka ini.
Bala bantuan datang, sejak beberapa hari kemudian.
Sebanyak 40 negara mengirim tentara ke Aceh untuk
memberikan bantuan kemanusian. Inilah operasi militer
tanpa perang terbesar di dunia setelah Perang Dunia II.
Pemerintah sempat membatasi Aceh terhadap pihak asing
dengan alasan konflik. Berkah tsunami daerah ini terbuka,
dan titik penting dari bencana adalah lahirnya perdamaian
RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pada 15 Agustus
2005, di Helsinki, Finlandia, kedua pihak sepakat gencatan
senjata. Berakhirlah konflik yang merenggut nyawa ribuan
jiwa dan sendi-sendi kehidupan.
Peran paling besar saat tsunami melanda ditunjukkan para
jurnalis yang semula geraknya dibatasi oleh penguasa
negeri. Batasan itu didobrak agar kabar tsunami Aceh
diketahui dunia.
Di tengah kehancuran, jerit duka orang-orang, dan
keterbatasan perlengkapan, mereka gigih mengabarkan
getir tsunami ke seantero jagat. Menggerakkan solidaritas
bangsa-bangsa di bumi.
Total bantuan masuk ke Aceh dari berbagai negara
diperkirakan mencapai Rp120 triliun. Banyaknya uang dan
besarnya pekerjaan yang harus diselesaikan, membuat
pemerintah melalui Kepres Nomor 63 Tahun 2005
membentuk BRR Aceh-Nias yang dikepalai Kunturo
Mangkusubroto. Badan setingkat menteri ini mengelola
sebagian besar dana, sebagian lagi oleh pihak donor.
BRR mencatat capaian pemulihan Aceh dari segi fisik saja;
membangun 140.304 unit rumah, 1.115 fasilitas kesehatan,
1.759 gedung sekolah, 13 unit bandara, 23 pelabuhan laut,
3.996 kilometer jalan, 363 jembatan, 3.781 rumah ibadah,
dan 996 gedung pemerintah.
Satu dekade berlalu, wajah Serambi Makkah menunjukkan
kemajuan pesat di segala lini. Kemajuannya melampaui
yang terlihat sebelum tsunami. Jauh dari perkiraan banyak
pihak. Ini tak lepas dari semangat pantang menyerah yang
mendarah daging pada diri rakyat Aceh ditambah
solidaritas tanpa batasan RAS, suku, dan agama yang
ditunjukkan bangsa-bangsa dunia. Tsunami Aceh ikut
menyatukan dunia.
Luangkan sedikit waktu kita untuk mendoakan mereka
yang telah pergi bersama tsunami. Tanpa pengorbanan
mereka, mungkin kita tak akan pernah tahu betapa
pentingnya mitigasi, juga melihat betapa hebatnya
solidaritas rakyat seluruh negeri bersatu dalam satu misi
kemanusian. Bangkitlah Aceh, bangkit Indonesia. Terima kasih dunia.
http://m.okezone.com/…/refleksi-10-tahun-tsunami-aceh-terim…

Source: Fb Sam Sinar

No comments:

Post a Comment