Latest News

Saturday, August 22, 2015

Saya optimistis produksi kepiting, rajungan dan lobster dalam negeri akan membaik.



Saya optimistis produksi kepiting, rajungan dan lobster dalam negeri akan membaik.

Sebarkan pesan ini ke sebanyak-banyaknya teman Anda:

Sejak tahun 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengeluarkan peraturan tentang larangan menangkap serta menjual lobster, kepiting dan rajungan yang sedang bertelur. Mengapa?

Peraturan tersebut kita buat karena setiap tahun produksi dalam negeri dan ekspor terus menurun. Kepiting dan lobster yang seharusnya berkembang biak, jus
tru dijual dan dikonsumsi.

Kalau saya tidak berani keluarkan aturan, 5 tahun lagi kepiting dan rajungan akan habis, begitu juga dengan lobster. Sebelum semua terlambat lebih cepat lebih baik.

Saya optimistis produksi kepiting, rajungan dan lobster dalam negeri akan membaik. Ini akan mampu mendongkrak produksi dalam negeri dan mampu memberikan nilai tambah bagi para pelaku usaha.

Saya ambil contoh Nusa Tenggara Barat (NTB), sebagai salah satu daerah pengekspor lobster terbesar di Indonesia. Rata-rata, NTB mengekspor 5 juta ekor lobster dengan bobot 20 gram per ekor atau ukuran kecil dalam kurun waktu satu tahun ke Vietnam. Lobster tersebut dihargai Rp 100 ribu per kilogram.

Harga baby lobster tadi hanya Rp 100 ribu per kilogram. Kalau itu ditunggu besar, dengan ukuran 300 gram dikalikan 5 juta ekor dengan harga Rp 500 ribu per kilogram, maka jadi lebih besar untungnya bagi kita.

Coba bayangkan kalau kambing betina bunting, lalu disembelih: bagaimana kambingnya bertambah? Ini memang berat, tapi toh lobster itu tidak akan ke Australia. Diam aja di situ. Tidak kemana-mana. Apa harus dikasih makan di laut, kan tidak juga.

Saya tegaskan, saya tidak melarang bisnis lobster dan kepiting. Namun yang kita larang adalah penangkapan kepiting, rajungan dan lobster yang bertelur untuk diperjualbelikan. Jadi, setelah kepiting telurnya lepas, ia boleh ditangkap.

Ketika saya mengeluarkan kebijakan ini, banyak orang yang pro dan kontra. Bahkan saya dimaki-maki lewat media sosial. Ada juga yang mengancam lewat SMS akan menyantet saya tujuh turunan. Tapi saya tetap memegang komitmen untuk menjaga keberlanjutan laut kita, juga meningkatkan produksi hasil laut.

Tidak menangkap satu kepiting bertelur berarti kita telah mengembalikan banyak sekali kepiting.

Kita belum terlambat..


#AYOKERJA

Jalesveva Jayamahe!

Foto: lobster di Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur

http://susipudjiastuti.org/

No comments:

Post a Comment