Latest News

Tuesday, January 6, 2015

Globe Asia Pilih Ahok, Bukan Jokowi, Sebagai Man of 2014

Gubernur DKI Jakarta dinobatkan sebagai "Man of the Year" di majalah berbahasa Inggris, GLOBE Asia.

Globe Asia Pilih Ahok, Bukan Jokowi, Sebagai Man of 2014

Jakarta - Majalah bisnis berbahasa InggrisGlobe Asia menobatkan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai "Man of The Year" dalam edisi Januari 2015, karena dia dinilai sebagai fenomena baru politik di Indonesia dengan gaya bicaranya yang keras dan terus terang, dan menjadi tonggak sejarah bagaimana kelompok minoritas bisa menduduki salah satu jabatan politik terpenting di Indonesia.
Ahok disejajarkan dengan Bobby Jindal, seorang keturunan India-Amerika yang sukses menjadi gubernur Louisiana, AS, juga berkat gaya bicaranya yang keras dan program perombakan birokrasi pemerintah daerah yang tak pandang bulu.
Meskipun awalnya Ahok datang ke Balai Kota sebagai wakil Joko Widodo (Jokowi), namun menurut majalah tersebut dia tidak pernah berada di bawah bayang-bayang Jokowi dan menerapkan cara kerjanya sendiri yang berbeda dengan gaya blusukan gubernur waktu itu.
"Sementara Joko mendatangi jalanan di Jakarta dengan gaya blusukannya untuk bertemu masyarakat dan mengetahui langsung masalah yang mereka hadapi, Ahok tetap di Balai Kota untuk mengatasi masalah-masalah internal pemprov," tulis Globe Asia.
Ahok juga dinilai tak kalah tegas dari Jokowi dalam menghadapi pegawai nakal dan tidak berprestasi. Mantan bupati Belitung Timur itu berencana untuk mengganti sekitar 3.000 pegawai di jajaran pemprov dengan orang-orang baru dimulai tahun 2015 ini.
“Pasti akan ada friksi pada 2015 karena masalah ini, namun saya yakin pada 2016 birokrasi kami akan berjalan lancar," kata Ahok seperti dikutip majalah tersebut.
Dalam wawancara tersebut Ahok juga bicara soal lawan-lawan politiknya, yang kerap mengkritik gaya bicara dia atau malah warna kulitnya.
“Saya bisa mengatasi kritik. Satu-satunya yang bisa mereka (pengkritik) lakukan adalah tidak memilih saya lagi di masa jabatan berikutnya. Jadi saya sekarang fokus dengan waktu tiga tahun tersisa agar bisa memberi bukti ke mereka kalau sudah ada yang saya kerjakan,” ujar Ahok.
“Yang paling penting, jangan menentang saya hanya karena saya keturunan Tionghoa beragama Kristen, itu tidak adil. Nilailah kerja saya."
Ahok juga berkisah bagaimana dia nyaris mengungsi ke Kanada saat pecahnya kerusuhan anti-Tionghoa pada 1998.
Edisi digital wawancara lengkap dengan Ahok ini juga dapat dibaca di situs The Jakarta Globe:GlobeAsia’s Man of the Year: Ahok, Indonesia’s Shooting Star edisi Senin (5/1).
Penulis: Heru Andriyanto/HA
Sumber:Globe Asia

No comments:

Post a Comment