Latest News

Friday, September 30, 2016

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat resmi menunjuk Prasetio Edi Marsudi sebagai ketua tim pemenangan. Prasetyo dinilai mampu memenangkan pasangan Ahok - Djarot di Pilgub 2017 nanti.



Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat resmi menunjuk Prasetio Edi Marsudi sebagai ketua tim pemenangan. Prasetyo dinilai mampu memenangkan pasangan Ahok - Djarot di Pilgub 2017 nanti.



Pasangan bakal calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat resmi menunjuk Prasetio Edi Marsudi sebagai ketua tim pemenangan. Prasetyo dinilai mampu memenangkan pasangan Ahok - Djarot di Pilgub 2017 nanti.

"Karena dia pemain Jakarta punya pengalaman di Jakarta. Dia punya pengalaman pemenangan Jokowi-Ahok dan terakhir Pilpres," kata Politikus Golkar Nusron Wahid di Rumah Lembang, Jakarta, Jumat (30/9).

Nusron mengatakan, struktural dari tim pemenangan segera didaftarkan ke KPUD Jakarta dalam waktu dekat. Kemungkinan, susunan tim pemenangan sudah diserahkan ke KPUD sebelum tanggal 4.

"Yang jelas sebelum tanggal 4 sudah dijelaskan ke KPU," ujar dia.

Bukan hanya itu, dijelaskan Nusron, Rumah Lembang tetap menjadi salah satu tempat atau Posko pengaduan masyarakat Jakarta. Namun, diakuinya, posko pemenangan Ahok-Djarot akan dibuka di sejumlah tempat.
"Tempat ini tetap dijadikan posko pemenangan, tapi kita rencananya akan memperbanyak tempat pemenangan," pungkas Nusron.


Merdeka.com - 

Monday, September 26, 2016

Ruhut Sitompul : Walau Aku Dinonaktifkan SBY Dan Demokrat, Aku Tetap Bela Ahok

Ruhut Sitompul : Walau Aku Dinonaktifkan SBY Dan Demokrat, Aku Tetap Bela Ahok

Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menonaktifkan Ruhut Sitompul dari posisi koordinator jubir partai. Ruhut menegaskan penonaktifan dirinya tak akan mengubah sikapnya mendukung cagub DKI incumbent Basuki Tjahaja Purnama.

"Aku tetap dukung Ahok," kata Ruhut saat dihubungi, Senin (22/8/2016).

Ruhut sebenarnya menepis anggapan dia dipecat gara-gara dukungannya ke Ahok. Namun dia mengisyaratkan memang ada yang tak suka dengan sikapnya mendukung Ahok. Ruhut bahkan menyatakan ada orang dalam di PD yang tak suka pada dirinya sejak dia mendukung Jokowi di Pilpres 2014.

"Bibitnya waktu mulai aku dukung Pak Jokowi. Amir (Syamsuddin -red) SMS-SMS. Mereka nggak suka. Faktanya aku yang menang. Nanti kalau Ahok menang, jangan macam-macam," ujarnya.

Sejak dia mendukung Jokowi, kata Ruhut, sudah muncul permintaan agar Ketum PD SBY memecatnya dari partai.

"Mereka nafsu, minta kau dipecat dari dulu. Jokowi menang, mereka diem. Sekarang Ahok," ujarnya.

Permintaan pemecatan itu makin santer setelah Ruhut kini secara terbuka mendukung Ahok di Pilgub DKI 2017. Namun Ruhut tak takut dipecat.

"Aku ini mirip Ahok. Makin digituin aku makin besar," imbuh Ruhut.

Juru bicara PD, Imelda Sari menepis anggapan Ruhut dinonaktifkan karena Pilgub DKI. Imelda mengatakan akan ada penyegaran dan rotasi di DPP PD.

"Sebentar lagi memang akan ada penyegaran, akan ada rotasi di DPP dalam waktu dekat ini. Saudara Ruhut dinonaktifkan agar bisa fokus di tugas barunya nanti," ujar Imelda menjawab pertanyaan alasan penonaktifan Ruhut, Senin (22/8/2016).Detik.com

Tamparan Keras Buat FPI,Tokoh Agama Sampaikan Terima Kasih kepada Ahok

Tamparan Keras Buat FPI,Tokoh Agama Sampaikan Terima Kasih kepada Ahok


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melangsungkan pertemuan dengan tokoh agama di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.
Pertemuan itu berlangsung tidak lama setelah Ahok blusukan di sepanjang 19 kilometer Sungai Ciliwung.
Ahok mengatakan, tokoh agama tersebut mengucapkan terima kasih dengan adanya normalisasi Sungai Ciliwung serta menertibkan bangunan yang berdiri di atas sungai.
Dampak positifnya, warga Kampung Pulo tidak lagi kebanjiran pada musim hujan beberapa waktu lalu.
"Tadi saya ketemu tokoh agama di Kampung Pulo. Salamin saya dan mengucapkan terima kasih," ujar Ahok di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (18/5/2016).
Dalam perbincangan keduanya, Ahok sempat menanyakan perihal setuju atau tidaknya tokoh agama tersebut, bila Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melangsungkan penertiban untuk normalisasi sungai.
"Terus saya tanya, bapak setuju enggak dengan normalisasi? 'Wah setuju, Pak, terima kasih, Pak'," kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Karenanya, Ahok membantah kalau penertiban dilakukan malah menyengsarakan warga, justru berdampak sebaliknya.
"Kita bukan menghancurkan kehidupan orang, tapi pengin membuat orang hidup lebih baik," imbuh dia.
Ahok akan maju dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta untuk periode kedua. 
Isu penggusuran menjadi salah satu isu sensitif bagi Ahok.
Ahok melakukan penyusuran Sungai Ciliwung sepanjang 19 kilometer. 
Ahok beriringan menyusuri sungai menggunakan 20 perahu karet.
Ahok dikawal dengan beberapa TNI, serta ditemani oleh jajaran pejabat lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Penyusuran dimulai dari Jembatan Gedong, Kalibata, melewati Pasar Minggu dan Condet.
Penelusuran rencananya berakhir di bibir sungai yang terletak diKampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.
Penyusuran dilakukan untuk menentukan di mana dinding turap harus dipasang, di sepanjang sungai.
Dia mengatakan, hanya akan menancapkan dinding turap di sepanjang sepuluh kilometer bantaran sungai.
Penyusuran juga dilakukan untuk menentukan, mana hunian yang akan ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
“Mana yang harus di-sheetpile, mana yang masih alami, dan mana yang harus disiapkan rumah susun," ujar Ahok, Rabu (18/5/2016).
Setelah melakukan penyusuran, Ahok sempat menyapa warga Kampung Pulo.
Ahok disambut hangat warga. Beberapa warga terlihat antusias bersalaman dengan orang nomor satu di Ibu Kota tersebut.
Ahok yang mengenakan kaus kerah abu-abu disoraki beberapa warga, "Pak Ahok, Pak Ahok," seru mereka di Kampung Pulo.
Ada seorang ibu yang begitu heboh mengomentari kedatangan Ahok layaknya seorang komentator dalam permainan sepak bola.
"Waah Pak Ahok, Pak Ahok ganteng. Gitu dong Pak Ahok ke kampung-kampung," seru ibu warga Kampung Pulo tersebut.
Ahok menyampaikan kepada warga bahwa dengan adanya normalisasi sungai mereka diuntungkan.
Pasalnya, hunian liar tersebut membuat banjir tahunan kerap terjadi.
Warga asli Kampung Pulo, kata Ahok, akan terbantu dengan adanya penertiban hunian liar di sekeliling hunian mereka.Tribunnews.com

woow, Peminat Tax Amnesty Membludak Tembus Rp 1.770 Triliun,Buat Gerindra Tambah Panik

woow, Peminat Tax Amnesty Membludak Tembus Rp 1.770 Triliun,Buat Gerindra Tambah Panik

Raihan program pengampunan pajak atau tax amnesty melesat tajam pada pekan terakhir September ini.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang dikutip Kompas.com, Senin (26/9/2016) Pukul 08.00 WIB, harta yang sudah dilaporkan mencapai Rp 1.770 triliun. Raihan tersebut masih didominasi deklarasi harta dalam negeri sebesar Rp 1.198 triliun dan deklarasi harta luar negeri Rp 480 triliun.

Adapun harta yang dibawa pulang ke Indonesia atau repatriasi sebesar Rp 92,6 dan uang tebusan yang masuk ke kas negara Rp 42,2 triliun. Melesatnya perolehan tax amnesty juga tercermin dari jumlah Surat Pernyataan Harta (SPH) yang dilaporkan ke DJP.

Hingga pagi ini, jumlahnya sudah mencapai 160.140 SPH. Dibandingkan Agustus lalu, total jumlah SPH yang masuk hanya 22.183. Artinya belum satu bulan terjadi peningkatan jumlah SPH sebanyak 137.957.

Sejak pekan lalu, wajib pajak yang ingin ikut program tax amnesty berbondong-bondong mendatangi sejumlah kantor pajak.

Di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, misalnya, para wajib pajak rela datang pagi hari untuk melaporkan hartanya.

Bahkan di sejumlah kantor pajak lainnya, para wajib pajak rela datang pukul 05.00 WIB ke kantor pajak untuk antre melaporkan hartanya. Saking membludaknya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sampai harus meninjau langsung pelayanan di Kantor Pusat DJP.

Seperti diketahui, September merupakan akhir periode pertama program tax amnesty dengan tarif terendah yakni 2 persen untuk deklarasi dalam negeri dan repatriasi.

Adapun tarif deklarasi luar negeri sebesar 4 persen. Setelah 30 September, program tax amnesty memasuki periode kedua hingga 31 Desember 2016. Tarifnya meningkat jadi 3 persen untuk deklarasi dalam negeri dan repatriasi. Adapun tarif deklarasi luar negeri menjadi 6 persen.kompas.com

http://www.infomenia.net/2016/09/woow-peminat-tax-amnesty-membludak.html


Sunday, September 18, 2016

Inilah Permintaan Ahok Jika Gagal Jadi Gubernur Lagi

Inilah Permintaan Ahok Jika Gagal Jadi Gubernur Lagi

Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) punya permintaan jika dirinya gagal terpilih lagi jadi orang nomor satu di DKI.
Ia meminta sistem bersih dan transparan yang sudah dibangunnya selama kurun waktu tiga tahun terakhir (2014-2017), baik di birokrasi pelayanan publik maupun program-program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat tidak diubah.
Masyarakat DKI Jakarta juga dituntut untuk lebih kritis dan jeli melihat sistem pemerintahan yang dipimpin pejabat baru bila dirinya kalah dalam Pilgub. Ahok meminta masyarakat memastikan berbagai program dan sistem yang sudah dibuat dengan menggunakan Peraturan Gubernur (Pergub) tidak diubah atau dicabut oleh gubernur berikutnya.
“Saya ingin siapa pun yang menjadi gubernur, semua program baik yang sudah saya buat selama ini tidak diubah, karena saya sudah membuat semuanya terintegrasi secara baik dengan Pergub. Semua rapat ditulis, transfer uang tidak boleh dicabut, nanti bapak ibu tinggal monitor kembali saja,” ujar Ahok, Selasa (13/9/2016) saat meresmikan Pasar Kebon Bawang, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ia justru meminta warga mempertanyakan apabila gubernur yang baru nanti justru belum apa-apa sudah mengubah Pergubyang dikhawatirkan akan mengembalikan birokrasi di Jakarta seperti saat sebelum dipimpin oleh dirinya dan Joko Widodo pada 2012 lalu.
“Kalau ada gubernur yang mau mengganti itu (Pergub) berarti memang niatnya mau maling. Bapak dan ibu harus mengawasi pejabat yang menjadi gubernur nanti bila saya misalkan tidak terpilih lagi,” lanjutnya.
Dikatakan Ahok, berbagai program baik seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), sistem pelaporan dan pengawasan online melalui aplikasi Jakarta Smart City dan Qlue, beasiswa kuliah bagi pelajar DKI ber-prestasi, food market dan perkulakan sembako murah, pelayanan pembuatan sertifikat tanah murah, pembangunan Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) bagi warga miskin dan korban relokasi sudah selayaknya terus dilanjutkan.
“Siapa pun yang menjadi gubernur, ini semua tetap bapak ibu akan dapatkan. Jadi jangan percaya kalau ada anak buah saya atau pejabat yang mengajak atau meminta bapak ibu untuk memilih saya kembali agar program-program saya tidak dicabut. Ini semua akan terus ada meski saya tidak menjadi gubernur lagi,” tambah Ahok.
Ia juga mengaku segala sistem yang sudah ia buat saat ini untuk memastikan warga ibukota Jakarta terisi penuh baik dari kantong (lapangan pekerjaan), otak (pendidikan), dan fisiknya (kesehatan, transportasi) dengan berbagai program-program yang sudah dibuat dan dikerjakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit kerja Perangkat Daerah (UKPD), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Saya sudah menyiapkan semua dengan peraturan yang sangat jelas. Karena saya terpilih sekalipun nanti setelah lima tahun tidak bisa terpilih lagi, saya sudah siapkan semua, dan inilah keadilan sosial dalam sila kelima pancasila. Jadi kalau bapak ibu bisa dapatkan semua fasilitas, penuh kantong, otak, dan dompetnya. Itu karena sistem yang saya buat sudah memenuhi keadilan sosial bagi seluruh warga Jakarta,” kata Ahok.
Dikatakannya, pemimpin yang baik siapa pun yang menjadi pejabat itu adalah pemimpin yang dapat memenuhi semua kebutuhan otak, perut, dan dompet warga DKI Jakarta dengan cara yang benar dan bebas dari unsur-unsur Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) demi kemajuan ibukota Jakarta.
“Kita hidup itu tidak boleh mengambil hak orang lain, jadi harus saling seimbang, inilah ajaran konsep keseimbangan secara vertikal dan horizontal yang diajarkan agama mana pun. Semoga seluruh warga Jakarta diberkati semuanya, tidak ada lagi banjir rob karena kita juga sedang bangun tanggul sepanjang 3,8 kilometer,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ahok menyebutkan bahwa nantinya sepanjang tanggul di pesisir Jakarta Utara akan juga dibuat Rusunawa untuk para nelayan dan warga yang menjadi korban penertiban dan relokasi.
“Jadi tidak hanya ada ada apartemen mewah di Pantai Mutiara saja, justru seluruh warga kita akan tempatkan di pinggir laut, seperti di Muara Angke, nanti kita urug tanggul, dibikin rusunawa dan pasar, nanti bapak ibu banyak melihat rusunawa di pinggir laut, penghuninya di lengkapi KJP, KJS, harga sembako murah,” ungkapnya.
“Pasar Jaya kita minta untuk benahi. Saya sudah bilang sama Pak Arief, yang tidak mau ikut program kita dipecatin saja,” tutup mantan Bupati Belitung Timur itu.(yn)
http://www.sindosatu.com/berita-politik/inilah-permintaan-ahok-jika-gagal-jadi-gubernur-lagi.html

Wednesday, September 7, 2016

Anda Perlu Tahu… Inilah 5 Kelompok yang Paling Takut Jika Ahok Terpilih Kembali Jadi Gubernur DKI

meme ahok

Anda Perlu Tahu… Inilah 5 Kelompok yang Paling Takut Jika Ahok Terpilih Kembali Jadi Gubernur DKI


Walau Pilkada DKI Jakarta baru akan diselenggarakan tahun depan, 2017, namun gemanya sudah ke mana-mana, dan melalui jaringan internet, gema tersebut mendunia, termasuk ke Rusia.
Itulah kondisi dunia saat ini, dunia seakan sudah dilipat sedemikian rupa, sehingga hanya dalam hitungan menit, sebuah berita atau kejadian menyebar ke seantero dunia, luar biasa. Dan salah satunya yang sedang ramai di Indonesia, ya pilkada ini, kebetulan yang menjadi focus sentral adalah Ahok orang nomor satu di DKI Jakarta, yang sepak terjangnya menimbulkan pro dan kontra.
Terlepas dari semua itu, ada hal yang menarik yang menjadi perhatian kita bersama, terlepas dari pro dan kontra, adalah sang tokoh pertama di DKI Jakarta, Ahok, yang gelagatnya akan mencalonkan dirinya kembali ke kancah perang tanding di Pilkada 2017 mendatang. Maka dunia dalam beritapun menjadi ramai, terjadi dua kubu yang saling berhadapan, yang pro pada Ahok membentuk temannya Ahok, entah ikhlas atau tidak saya tak tahu, jangan-jangan seperti yang terjadi pada Pilpres 2014 lalu, banyak yang menyatakan sukarelawannya Jokowi, namun saat Jokowi menang, sang sukarelawan ternyata banyak yang menagih pada Jokowi, entah itu jabatan menteri atau jabatan lainnya, akh rupanya mereka bergerak menjadi sukarelawan Jokowi seperti kata pepatah” ada udang di balik batu” atau seperti pepatah dari Barat sana” tak ada makan siang gratis”.
Kekhawatiran ini perlu menjadi perhatian Ahok juga, jangan-jangan temannya Ahok yang mulai bergerak mengumpulkan tanda tangan/KTP agar mendukung Ahok, ada maunya, tentu saja jabatan atau proyek apa gitu, ini hanya kwatir saja, sukur-sukur sih mereka memang ikhlas menjadi teman Ahok, benar atau tidaknya saya tak tahu. Lalu bagaimana peluang Ahok untuk mencapai kemenangan pada Pilkada tersebut, ternyata inipun banyak yang beda pendapat juga, ada yang bilang Ahok akan menang telak, ada juga yang bilang Ahok kalah, tapi tidak telak.
Ya wajar saja, namanya juga perkiraan, bisa benar, bisa juga salah, loh yang pakai survey saja dengan data-data yang katanya ilmiah, dan margin errornya hanya sekitar 1-2 persen saja, namun ketika perhitungan pada Pilpres 2014 lalu, hasil lembaga-lembaga survey ternyata “nol besar”, buktinya PKS atau partai Islam lainnya, yang katanya akan hancur lebur alias tak ada yang milih pada Pilpres dan Pileg 2014, karena tokohnya ada yang korupsi, terbantahkan. PKS tetap masuk ke partai besar, walau tak sampai 3 besar. Nah kalau hasil survey saja, bisa berbalik 180 derajat, apa lagi kalau hanya dalam bentuk perkiraan dan analisa dari “ gunung”, ya maklum saja.
Kembali ke Ahok, rupanya Ahok punya target lain sesudah menjadi Gubernur DKI, yaitu Presiden RI, entah menjadi Presiden yang ke 8, 9 atau ke 10 itu tak penting, yang penting target Ahok tercapai dan itu tak dikatakan dengan sembunyi, Ahok yang memang berjiwa terbuka, apa saja langsung di keluarkan, gayanya yang ceplas ceplos, tak mengurangi kenirjanya yang bagus, berani, tegas, dan tak kenal kompromi, untuk hal-hal yang memang menjadi perhatianya dalam membangun DKI Jakarta yang lebi baik. Namun rupanya banyak juga yang “kebakaran jenggot” atau terusik dengan gaya Ahok dalam memimpin Jakarta, dan saat Ahok akan ikut Pilkada lagi, banyak pula yang “gerah”, siapa mereka? Mari kita lihat sepintas lalu saja, dan tak perlu sampai mengernyitkan dahi, hingga berkerut.
Pertama, tentu para pejabat di DKI Jakarta yang buruk kinerjanya, tentu saja bukan pejabat yang bersih, yang bekerja memang sudah sesuai aturan dan tidak korup. Bagi pejabat yang bersih, tak akan pernah takut pada Ahok. Namun bagi pejabat yang sudah biasa korup dan suka memanipulasi anggaran, akan ketar ketir lagi jika Ahok menjadi Gubernur lagi alias menang pada Pilkada 2017. Mengapa pejabat buruk di DKI Jakarta ketakutan kalau Ahok menang lagi? Alasannya singkat, mereka takut dipecat! Kalau sekarang belum dipecat, karena bisa saja belum ketahuan Ahok, tapi bila ketahuan, Ahok tanpa ba, bi, bu , akan “disikat” langsung pejabat yang korup tersebut, kerenkan.
Kedua, mereka yang terbiasa suka kongkolingkong dengan pejabat DKI Jakarta untuk mendapatkan proyek, tentu saja untuk mendapatkan proyek tersebut tak gratis, ada “amplop” yang perlu diberikan. Kalau hanya amplopnya saja sih tak masalah, tapi ini isinya bung, ya isinya pun tak muat kalau dimasukan dalam amplop, karena begitu banyaknya. Makanya istilah mendapat amplop, bukan arti harpiah, sebesar amplop, kalau sebesar amplop surat, ya itu sih kecil! Tapi ini bisa berkardus-kardus atau berkoper-koper, mengapa uang tunai? Karean akalu pakai Bank, ada buti tranferan, wah ini akan mudah terlacak oleh KPK.
Nah pejabat di DKI yang suka kongkolingkong ini akan bertambah gemetaran, jika Ahok terpilih lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta, karena hal tersebut akan membuat Ahok lebih keras lagi, selain memang untuk menuju Jakarta yang baru, yang lebih baik lagi, ada target lain, yaitu jenjang yang lebih tinggi lagi, Presiden, paling tidak menjadi Capres dulu. Kapan itu, tentu tak jauh-jauh dari Pilkada 2017, yaitu Pilpres 2019, jikapun belum gool di tahun 2019, masih ada waktu bagi Ahok di tahun 2024, karena dalam Usia Ahok masih jauh dari 70 tahunan. Loh yang tua-tua saja masih pada mau maju di pilpres 2019, apa lagi bagi yang “muda-muda” atau lebih muda, tentu lebih wajar lagi. Maka jika Ahok punya target di Pilpres 2019 atau 2024 ya normal saja.
Ketiga, tempat-tempat hiburan ataupun tempat yang illegal lainnya, baik itu yang sudah permanent atau yang masih setengah permanen, apa lagi yang menempati tanah-tanah milik Negara di bantaran sungai atau rel kereta api, atau di manapun adanya, dan itu illegal di DKI Jakarta, maka siap-siap akan digusur oleh Ahok, dan dalam hal yang satu ini, Ahok benar-benar tak bisa diajak kompromi, walaupun hal tersebut rakyat miskin, bagi Ahok yang menempati tanah Negara yang illegal akan “disikat” habis. Hebatnya Ahok sudah mempersiapkan rumah susunnya, sebagai pengganti yang digusur, dan itu gratis. Luar biasa, jadi Ahok bukan hanya main gusur, tapi sudah memberikan solusinya.
Namun hal ini, tak mengurangi kebencian pada Ahok, mengapa? Karena kalau bukan Ahok yang menjadi Gubernur, belum tentu mereka digusur dan dipindahkan. Bagi mereka yang sudah biasa menempati ruang illegal dan sudah bertahun-tahun, kebanyakan mereka tak suka pada Ahok, makanya kalau Ahok menang lagi merekapun ketakutan, takut digusur Ahok.
Keempat, lawan politiknya atau bekas teman politiknya, yang merasa “dikhianati” oleh Ahok di partai Gerindera. Nah pihak yang satu inipun berusaha “menjegal” Ahok dengan memunculkan lawan yang sebanding dengan Ahok, dan lupa, kalau Ahok dikeroyok, Ahok akan menang telak, kecuali kalau lawan politik Ahok bersatu padu dan bergabung mencalonkan satu orang kandidat melawan Ahok, yang kekuatan elektabilits dan kepopulerannya tak jauh beda dengan Ahok, nah kemungkinan menang antara Ahok dengan lawannya akan fifty-fifty.
Bagi lawan politik Ahok, jelas Ahok adalah tantangan yang berat, hal ini tentu membuat lawan Ahok “putar otak” agar bisa mengalahkan Ahok. Jadi lawan politik Ahok, yang bisa jadi awalnya adalah teman Ahok juga, akan berusaha “mati-matian” untuk mengalahkan Ahok. Apa lagi Ahok adalam pilkada 2017 mendatang dari jalur independent. Klop sudah pertarungan berat ini.
Kelima, orang-orang atau lembaga yang besebrangan dengan Ahok, Ahok mau bagus atau tidak kinerganya itu tak penting, yang penting tahun 2017 mendatang, Ahok harus “dilumpuhkan”, Ahok harus dikalahkan, karena kalau Ahok menang lagi, Ahok akan semakin kuat kedudukannya, dan tentu saja keberanianpun akan bertambah, karena didukung rakyat Jakarta, maka orang atau lembaga yang bersebrangan dengan Ahok mau tak mau, harus berjuang keras mengalahkan Ahok.
Itulah 5 kelompok yang lagi uring-uringan jika Ahok menang lagi dalam Pilkada 2017 mendatang. Silahkan anda menambah sendiri, kelompok atau orang yang akan “panas dingin atau meriang” kalau Ahok menang lagi. Bagi saya, Ahok menang atau kalah, ya biasa saja, tak berpengaruh apa-apa. Sikap netral ini harus dimunculkan, agar tak salah penafsiran.
Mengapa harus demikian? Kalau tidak, bisa bahaya dalam demokrasi kita. Media apapun, termasuk media social, seharusnya netral, agar tak jadi keberpihakan dan seimbang dalam pemberitaan. Jangan sampai terjadi, kalau menulis, membuat berita atau mengkritik Ahok dianggap membenci, atau ketika menulis tentang bagusnya kenirja Ahok, lantas dianggap mendukung, hal tersebut tak boleh terjadi.(salafynews.com)

KERJA AHOK YANG LINTAS DIMENSI


KERJA AHOK YANG 

LINTAS DIMENSI


Ketika abang gw datang dari Bali dan ziarah ke makam ayah, dia bertanya sama gw, "Dek, makam aman ya? Udah diperpanjang?"


Gw dengan santai menjawab, "Sudah, sampai 2021." Dan kakak gw pun tercengang, "Keren lu, lagi banyak duit?". Gw pun ikutan heran, "banyak duit gimane? Wong cuma 300 rebu!" 

Kakak gw pun berkata, "wah, berarti dulu gw kena tipu ya, periode sebelum ini, makam perpanjangannya 1 jeti. Sekarang cuma 300 rebu yak? Jadi 3 periode sampe 2021 lu bayar sejuta kurang 100 rebu? Anyiiinggg!" Gw pun tambah nyengir, "laah, 300 rebu teh 3 periode. 100rb per 1 periodenya" 

Dan kakak gw pun cengok. Kalo pake duit 1 jeti, bisa 9 periode tuh bayar retribusi pemakaman, alias, 27 tahun ke depan makam bokap amaaaann!

Tuh, kurang apa coba Koh Ahok? Yang idup diurusin, yang sudah meninggal pun tetap dipikirkan "rumahnya". Tidak perlu mahal-malah, toh hanya sebidang tanah 2x1 M. Mosok sampai 1 juta?

Dulu, Rp 1 juta itu entah berapa yang sebenarnya masuk kas Pemda, karena buktinya pun cuma kuitansi tidak berkop yang bisa dibuang sembarangan. Uangnya diserahkan ke tangan si penerima. Sekarang? Kagak pake dah sempal-sempalan masuk telapak tangan begitu. Uang dibayar per transfer melalui Bank DKI. 

Jadi kepo deh, berapa banyak tuh makam bertebaran di muka bumi Jakarta? Dan kalau sebenarnya 1 periode 3 tahun itu sebenarnya hanya perlu biaya Rp.100rb, maka Rp. 900 rb kali lah dengan banyaknya makam di Jakarta. Masuk ke mana? Meneketehe! 

Gilak kan, orang mati aja masih kudu bayar jatah preman! Digentayangin aja lu, baru tau rasa!

Untungggg, sekarang ada Koh Ahok! Para arwah itu mesti sekarang sangat berbahagia. Mereka tidak khawatir lagi para ahli warisnya terpaksa jual ini itu untuk bayar pemakaman. Dan mereka tidak kuatir "tempat tinggal mereka" digusur paksa karena tidak mampu bayar. 

Mereka pasti akan kontak langsung ke Tuhan, dan meminta, semoga Koh Ahok tetap menjadi pelayan warga Jakarta, baik yang hidup dan sudah wafat. 


#kinerjaAhok
#transparencyisamust

https://m.facebook.com/story.php...