Latest News

Saturday, December 31, 2016

Jokowi Terpilih Jadi Pemimpin Terbaik Se Asia-Australia

Jokowi Terpilih Jadi Pemimpin Terbaik Se Asia-Australia

Jokowi Terpilih Jadi Pemimpin Terbaik Se Asia-Australia

Nama Jokowi semakin melambung. Dia terpilih sebagai pemimpin terbaik di antara pemimpin Asia-Australia di 2016.(CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Nama Jokowi semakin melambung. Saat ini, dia terpilih sebagai pemimpin terbaik di antara pemimpin Asia-Australia di 2016. Dia terpilih jadi pemimpin terbaik 2016 versi Bloomberg.

Berdasarkan data Bloomberg yang diterima Antara, Sabtu (31/12), Jokowi adalah satu-satunya pemimpin negara yang memiliki performa positif dari seluruh aspek yang dinilai. Beberapa aspek yang dinilai antara lain, menaikkan kekuatan nilai tukar sampai 2,41 persen, menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif (5,02 persen skala tahun ke tahun), dan memeiliki tingkat penerimaan publik yang tinggi (69 persen).

Dari data tersebut juga diperoleh hasil bahwa jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki tingkat ekonomi setara atau lebih besar, prestasi Jokowi masih lebih menonjol.

Hasil yang menyolok ini sangat terlihat jika dibandingkan dengan Malaysia dan Filipina yang memiliki nilai tukar negatif, yaitu 4,26  dan 5,29 persen.

Jokowi dianggap mampu menekankan otoritasnya kepada lembaga politik di tahun 2016 dengan data bahwa dia mengendalikan dua per tiga kursi di parlemen. Program keberhasilan tax amnesty juga dianggap mampu membiayai program pembangunan infrastrukturnya.

Berbeda dengan Jokowi, Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye justru mendapat rapor merah dalam semua aspek. Penilaian angka merah ini didapatkan dari data bahwa nilai tukar Won melemah sebesar dua persen. Selain itu, angka pertumbuhan ekonominya pun hanya berada di angka 2,78 persen.

Geun Hye juga memiliki reputasi tingkat penerimaan publik yang rendah yaitu 4 persen saja. Kondisi tersebut pun membuat dia dipaksa untuk melepaskan jabatannya.

Dari segi penerimaan publik paling tinggi diraih oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte (83 persen). Duterte juga mendapat nilai yang cukup baik dalam upaya menjaga pertumbuhan ekonomi (7,1 persen), namun dalam urusan nilai tukar, nilainya merosot. Nilai tukar Peso menurun drastis sampai 5,29 persen.

Pertukaran nilai mata uang yang paling rendah dimiliki oleh Presiden China Xi Jinping. Di masa kepemimpinannya, nilai tukar mata uangnya menurun sampai minus 6,63 persen.

Untuk menentukan peringkat pemimpin terbaik se Asia-Australia, Bloomberg mendata delapan pemimpin. Mereka adalah Presiden Tiongkok XI Jinping, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye, Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (disebutkan tanpa berurutan peringkat). (chs)JakartaCNN Indonesia -- 
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161231161430-78-183350/jokowi-terpilih-jadi-pemimpin-terbaik-se-asia-australia/

Tuesday, December 13, 2016

Buat yg belum sempat nonton persidangan kasus yg dipaksakan, ini dibaca dulu ya !!


Buat yg belum sempat nonton persidangan kasus yg dipaksakan, ini dibaca dulu ya !!
Bapak Ketua Majelis Hakim, dan Anggota Majelis Hakim yang saya muliakan,
Sdr. Jaksa Penuntut Umum yang saya hormati,
Penasihat Hukum dan Para Hadirin yang saya hormati,
Pertama-tama saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Majelis Hakim atas kesempatan, yang diberikan kepada Saya.
Berkaitan dengan persoalan yang terjadi saat ini, dimana saya diajukan di hadapan sidang, jelas apa yang saya utarakan di Kepulauan Seribu, bukan dimaksudkan untuk menafsirkan Surat Al-Maidah 51 apalagi berniat menista agama Islam, dan juga berniat untuk menghina para Ulama. Namun ucapan itu, saya maksudkan, untuk para oknum politisi, yang memanfaatkan Surat Al-Maidah 51, secara tidak benar karena tidak mau bersaing secara sehat dalam persaingan Pilkada.
Ada pandangan yang mengatakan, bahwa hanya orang tersebut dan Tuhan lah, yang mengetahui apa yang menjadi niat pada saat orang tersebut mengatakan atau melakukan sesuatu. Dalam kesempatan ini di dalam sidang yang sangat Mulia ini, saya ingin menjelaskan apa yang menjadi niat saya pada saat saya berbicara di Kepulauan Seribu tersebut.
Dalam hal ini, bisa jadi tutur bahasa saya, yang bisa memberikan persepsi, atau tafsiran yang tidak sesuai dengan apa yang saya niatkan, atau dengan apa yang saya maksudkan pada saat saya berbicara di Kepulauan Seribu.
Majelis Hakim yang saya muliakan.
Ijinkan saya untuk membacakan salah satu Sub-judul dari buku saya, yang berjudul “Berlindung Dibalik ayat suci” ditulis pada tahun 2008. Saya harap dengan membaca tulisan di buku tersebut, niat saya yang sesungguhnya bisa dipahami dengan lebih jelas, isinya sebagai berikut, saya kutip : ​
Selama karir politik saya dari mendaftarkan diri menjadi anggota partai baru, menjadi ketua cabang, melakukan verifikasi, sampai mengikuti Pemilu, kampanye pemilihan Bupati, bahkan sampai Gubernur, ada ayat yang sama yang saya begitu kenal digunakan untuk memecah belah rakyat, dengan tujuan memuluskan jalan meraih puncak kekuasaan oleh oknum yang kerasukan “roh kolonialisme”.
Ayat ini sengaja disebarkan oleh oknum-oknum elit, karena tidak bisa bersaing dengan visi misi program, dan integritas pribadinya. Mereka berusaha berlindung dibalik ayat-ayat suci itu, agar rakyat dengan konsep “seiman” memilihnya.
Dari oknum elit yang berlindung dibalik ayat suci agama Islam, mereka menggunakan surat Almaidah 51. Isinya, melarang rakyat, menjadikan kaum Nasrani dan Yahudi menjadi pemimpin mereka, dengan tambahan, jangan pernah memilih kafir menjadi pemimpin. Intinya, mereka mengajak agar memilih pemimpin dari kaum yang seiman.
Padahal, setelah saya tanyakan kepada teman-teman, ternyata ayat ini diturunkan pada saat adanya orang-orang muslim yang ingin membunuh Nabi besar Muhammad, dengan cara membuat koalisi dengan kelompok Nasrani dan Yahudi di tempat itu. Jadi, jelas, bukan dalam rangka memilih kepala pemerintahan, karena di NKRI, kepala pemerintahan, bukanlah kepala agama/Imam kepala. Bagaimana dengan oknum elit yang berlindung, dibalik ayat suci agama Kristen? Mereka menggunakan ayat disurat Galatia 6:10. Isinya, selama kita masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Saya tidak tahu apa yang digunakan oknum elit di Bali yang beragama Hindu, atau yang beragama Budha. Tetapi saya berkeyakinan, intinya, pasti, jangan memilih yang beragama lain atau suku lain atau golongan lain, apalagi yang ras nya lain. Intinya, pilihlah yang seiman/sesama kita (suku, agama, ras, dan antar golongan). Mungkin, ada yang lebih kasar lagi, pilihlah yang sesama kita manusia, yang lain bukan, karena dianggap kafir, atau najis, atau binatang!
Karena kondisi banyaknya oknum elit yang pengecut, dan tidak bisa menang dalam pesta demokrasi, dan akhirnya mengandalkan hitungan suara berdasarkan se-SARA tadi, maka betapa banyaknya, sumber daya manusia dan ekonomi yang kita sia-siakan. Seorang putra terbaik bersuku Padang dan Batak Islam, tidak mungkin menjadi pemimpin di Sulawesi. Apalagi di Papua. Hal yang sama, seorang Papua, tidak mungkin menjadi pemimpin di Aceh atau Padang.
Kondisi inilah yang memicu kita, tidak mendapatkan pemimpin yang terbaik dari yang terbaik. Melainkan kita mendapatkan yang buruk, dari yang terburuk, karena rakyat pemilih memang diarahkan, diajari, dihasut, untuk memilih yang se-SARA saja. Singkatnya, hanya memilih yang seiman (kasarnya yang sesama manusia).

Demikian kutipan dari buku yang saya tulis tersebut.
Majelis Hakim yang saya muliakan.
Dalam kehidupan pribadi, saya banyak berinteraksi dengan teman-teman saya yang beragama Islam, termasuk dengan keluarga angkat saya Almarhum Haji Andi Baso Amier yang merupakan keluarga muslim yang taat.
Selain belajar dari keluarga angkat saya, saya juga belajar dari guru-guru saya, yang taat beragama Islam dari kelas 1 SD Negeri, sampai dengan kelas 3 SMP Negeri. sehingga sejak kecil sampai saat sekarang, saya tahu harus menghormati Ayat-Ayat suci Alquran.
Jadi saya tidak habis pikir, mengapa saya bisa dituduh sebagai penista Agama Islam.

Saya lahir dari pasangan keluarga non-muslim, Bapak Indra Tjahaja Purnama dan Ibu Buniarti Ningsih (Tjoeng Kim Nam dan Bun Nen Caw), tetapi saya juga diangkat sebagai anak, oleh keluarga Islam asal Bugis, bernama Bapak Haji Andi Baso Amier , dan Ibu Hajjah Misribu binti Acca. Ayah angkat saya, Andi Baso Amier adalah mantan Bupati Bone, tahun 1967 sampai tahun 1970, beliau adik kandung mantan Panglima ABRI, Almarhum Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Jusuf.
Ayah saya dengan ayah angkat saya, bersumpah untuk menjadi saudara sampai akhir hayatnya.
Kecintaan kedua orangtua angkat saya kepada saya, sangat berbekas, pada diri saya, sampai dengan hari ini.
Bahkan uang pertama masuk kuliah S2 saya di Prasetya Mulya, dibayar oleh kakak angkat saya, Haji Analta Amir.
Saya seperti orang yang tidak tahu berterima kasih, apabila saya tidak menghargai agama dan kitab suci orang tua dan kakak angkat saya yang Islamnya sangat taat.
Saya sangat sedih, saya dituduh menista agama Islam, karena tuduhan itu, sama saja dengan mengatakan saya menista orang tua angkat dan saudara-saudara angkat saya sendiri, yang sangat saya sayangi, dan juga sangat sayang kepada saya. Itu sebabnya ketika Ibu angkat saya meninggal, saya ikut seperti anak kandung, mengantar dan mengangkat keranda beliau, dari ambulans sampai ke pinggir liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya, di Taman Pemakaman umum Karet Bivak.
Sampai sekarang, saya rutin berziarah ke makam Ibu angkat, di Karet Bivak. Bahkan saya tidak mengenakan sepatu atau sendal saat berziarah, untuk menghargai keyakinan dan tradisi orang tua dan saudara angkat saya itu.
Yang membuat saya juga selalu mengingat almarhumah Ibu angkat saya, adalah peristiwa, pada saat saya maju, sebagai calon wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2012.
Pada hari pencoblosan, walaupun Ibu angkat saya, sedang sakit berat dalam perjalanan ke rumah sakit, dengan menggunakan mobil kakak angkat saya Haji Analta, ibu angkat saya, sengaja, meminta mendatangi tempat pemungutan suara untuk memilih saya. Padahal kondisinya sudah begitu kritis.
Dari tempat pemungutan suara, barulah beliau langsung, menuju ke rumah sakit, untuk perawatan lebih lanjut di ICU.
Setelah dirawat selama 6 (enam) hari, Ibu berdoa dan berkata kepada saya dan masih terus saya ingat dan masih akan saya ingat, kata beliau: “SAYA TIDAK RELA MATI, SEBELUM KAMU MENJADI GUBERNUR. ANAKKU, JADILAH GUBERNUR YANG MELAYANI RAKYAT KECIL.”
Ternyata Tuhan mengabulkan doa Ibu angkat saya.
Beliau berpulang tanggal 16 Oktober 2014, setelah ada kepastian Bapak Jokowi menjadi Presiden, dan saya juga sudah dipastikan menjadi Gubernur, menggantikan Bapak Jokowi. Pesan dari Ibu angkat saya selalu saya camkan , dalam menjalankan tugas saya, sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Majelis Hakim yang saya muliakan.
Sebelum menjadi pejabat, secara pribadi, saya sudah sering menyumbang untuk pembangunan mesjid di Belitung Timur, dan kebiasaan ini, tetap saya teruskan saat saya menjabat sebagai Anggota DPRD Tingkat II Belitung Timur, dan kemudian sebagai Bupati Belitung Timur. Saya sudah menerapkan banyak program membangun Masjid, Mushollah dan Surau, dan bahkan merencanakan membangun Pesantren, dengan beberapa Kyai dari Jawa Timur. Saya pun menyisihkan penghasilan saya, sejak menjadi pejabat publik minimal 2,5% untuk disedekahkan yang di dalam Islam, dikenal sebagai pembayaran Zakat, termasuk menyerahkan hewan Qurban atau bantuan daging di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Saya juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan, termasuk untuk menggaji guru-guru mengaji, dan menghajikan Penjaga Masjid/Musholla (Marbot atau Muadzin) dan Penjaga Makam.
Hal-hal yang telah saya lakukan di Belitung Timur, saat menjabat sebagai Bupati, saya teruskan ketika tidak menjadi Bupati lagi, sampai menjadi anggota DPR RI daerah pemilihan (dapil) Bangka Belitung, sebagai Wakil Gubernur dan juga, sebagai Gubernur DKI Jakarta saat ini pun tetap saya lakukan.
Ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta, saya juga membuat banyak kebijakan, diantaranya kebijakan agar di bulan Suci Ramadhan, para PNS dan honorer, bisa pulang lebih awal, dari aturan lama jam 15.00 WIB saya ubah menjadi jam 14.00 WIB, agar umat Muslim dapat berbuka puasa bersama keluarga di rumah, sholat magrib berjamaah, dan bisa tarawih bersama keluarganya.
Saya juga ingin melihat Balaikota mempunyai Masjid yang megah untuk PNS, sehingga bisa melaksanakan ibadahnya, ketika bekerja di Balaikota. Karena itu, Pemda membangun Masjid Fatahillah di Balaikota.
Di semua rumah susun (rusun) yang dibangun PEMDA, juga dibangun Masjid. Bahkan di Daan Mogot, salah satu rusun yang terbesar, kami telah membangun Masjid besar, dengan bangunan seluas 20.000 m2, agar mampu menampung seluruh umat muslim yang tinggal di rusun Daan Mogot. Kami jadikan masjid tersebut sebagai salah satu Masjid Raya di Jakarta.
Kami akan terus, membangun Masjid Raya/besar, di setiap rusun, kami akan terus membantu perluasan Masjid yang ada, dengan cara PEMDA akan membeli lahan yang ada di sekitar Masjid, sebagaimana beberapa kali telah saya sampaikan dalam pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam maupun Pengurus Dewan Masjid Indonesia di Balaikota.
Para Marbot dan penjaga makam juga PEMDA Umrohkan. Kami juga membuat kebijakan bagi PNS, menjadi pendamping Haji kloter DKI Jakarta.
Saya berharap bisa melaksanakan amanah orang tua dan orang tua angkat saya untuk melanjutkan tugas saya sebagai Gubernur di periode yang akan datang, sehingga cita-cita saya untuk memakmurkan umat Islam di Jakarta dapat terwujud.
Majelis Hakim yang saya muliakan.
Saya berani mencalonkan diri sebagai Gubernur, sesuai dengan amanah yang saya terima dari almarhum Gus Dur, bahwa Gubernur itu bukan pemimpin tetapi pembantu atau pelayan masyarakat.
Itu sebabnya, dalam pidato saya setelah pidato almarhum Gus Dur pada tahun 2007, saya juga mengatakan bahwa menjadi calon Gubernur, sebetulnya saya melamar untuk menjadi pembantu atau pelayan rakyat.
Apalagi, saya melihat adanya fakta, bahwa ada cukup banyak partai berbasis Islam, seperti di Kalimantan Barat, Maluku Utara, dan Solo juga mendukung calon Gubernur, Bupati, Walikota non-Islam di daerahnya.
Untuk itu, saya mohon ijin kepada Majelis Hakim, untuk memutar video Gus Dur yang meminta masyarakat memilih Ahok sebagai Gubernur saat Pilkada Bangka Belitung tahun 2007, yang berdurasi sekitar 9 (Sembilan) menit.
Majelis Hakim yang saya muliakan.
Saya ini hasil didikan orang tua saya, orang tua angkat saya, Ulama Islam di lingkungan saya, termasuk Ulama Besar yang sangat saya hormati, yaitu Almarhum Kyai Haji Abdurahman Wahid.
Yang selalu berpesan, menjadi pejabat publik sejatinya adalah menjadi pelayan masyarakat. Sebagai pribadi yang tumbuh besar di lingkungan umat Islam, tidaklah mungkin saya mempunyai niat untuk melakukan penistaan Agama Islam dan menghina para Ulama, karena sama saja, saya tidak menghargai, orang-orang yang saya hormati dan saya sangat sayangi.
Majelis Hakim yang saya muliakan.
Apa yang saya sampaikan di atas, adalah kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi. Dan saya juga berharap penjelasan saya ini, bisa membuktikan tidak ada niat saya, untuk melakukan penistaan terhadap Umat Islam, dan penghinaan terhadap para Ulama. Atas dasar hal tersebut, bersama ini saya mohon, agar Majelis Hakim yang Mulia, dapat mempertimbangkan Nota Keberatan saya ini, dan selanjutnya memutuskan, menyatakan dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima, atau batal demi hukum. sehingga saya dapat kembali, melayani warga Jakarta dan membangun kota Jakarta.
Majelis Hakim yang Mulia, terima kasih atas perhatiannya. Kepada Jaksa Penuntut Umum, serta Penasehat Hukum, saya juga ucapkan terima kasih.
Jakarta, 13 Desember 2016
Hormat saya,
Basuki Tjahaja Purnama

Adikku Ini Baik Sekali, Isak Tangis Nana Kakak Angkat Ahok


Pintu gerbang pengadilan dijaga ratusan personel Brimob. Para polisi wanita muda membuat pagar hidup di pintu gerbang pengadilan. Aku mencoba masuk. Seorang polisi menahan.
“Tidak boleh masuk Pak”, ujar Pak Polisi. Aku memberi penjelasan bahwa persidangan terbuka untuk umum. Tetap saja polisi itu melarang karena belum ada izin dari komandannya.
Sorakan dan teriakan Tangkap Ahok !! Tangkap Ahok !!, semakin kencang. Aku bertahan di kerumunan depan pintu gerbang pengadilan. Aparat sibuk mengatur barisan massa agar tidak menghalangi pengguna jalan. Jalan mulai macet karena massa telah menyemut.
Aku menerobos penjagaan aparat yang begitu ketat. Kali ini aku menyelip di antara massa yang ingin masuk ke dalam gedung. Aku harus masuk, itu tekadku. Suara dari megaphone polisi memberi izin 25 orang lagi pengunjung umum boleh masuk. Setelah berjuang keras akhirnya aku bisa masuk bersama dengan pengunjung lain.
Ruang sidang pengadilan menjorok jauh ke dalam. Setiap orang harus melalui pintu metal detector. Semua diperiksa ketat. Badan saya juga diperiksa seorang polisi.
Di ruang sidang kursi sudah terisi penuh. Beberapa orang terpaksa berdiri. Kursi kayu panjang cuma muat untuk empat orang. Aku minta ijin duduk di barisan depan tengah kursi nomor dua. Di depanku duduk Ruhut Sitompul dan Edi Prasetyo. Di kursi kiri depan nampak abang angkat Ahok, Andi Ananta Amir juga ikut menemani Ahok.
Di dalam ruang sidang cukup tertib. Jauh berbeda dengan di luar gedung yang riuh suara pendemo yang teriak teriak tangkap Ahok kafir. Kami menunggu hampir 40 menit. Aku melihat beberapa orang berpakaian ormas FPI, GNPF juga ada dalam ruang sidang.
Puluhan penasihat hukum Ahok terlihat mempersiapkan diri. Demikian juga Jaksa Penuntut Umum. Sekitar pukul 09.00 Wib panitera memberi tahu ketentuan dan tata tertib persidangan.
Ahok masuk ke dalam ruang sidang dari pintu sayap kiri. Ia memakai baju batik coklat lengan panjang padu celana hitam. Kami diminta berdiri karena Majelis Hakim memasuki ruangan.
Hakim membuka persidangan dengan memberi kesempatan kepada Jaksa membacakan dakwaannya. Jaksa Penuntut umum membaca dakwaan persis seperti berita selama ini. Pidato Ahok di Kepulauan Seribu dijadikan dasar sangkaan penistaan agama sesuai Pasal 156 KUHP.
Usai Jaksa membaca dakwaannya, Hakim Ketua memberi kesempatan Ahok membacakan nota keberatannya. Ahok membacakan nota keberatan pribadinya.
Awalnya Ahok berbicara dengan lancar dan jelas nota keberatannya. Ia menjelaskan sejarah perjalanan hidupnya. Ia membuka dengan kalimat pembuka cerita perjalanan karirnya sejak menjadi pengurus partai di Belitung Timur hingga menjadi seorang gubernur.
Semua proses pembentukan pribadinya dipengaruhi oleh guru gurunya di sekolah Islam Belitung Timur. Teman temannya, ulama, ayah kandung dan ayah angkatnya Andi Amir Baso yang juga adik kandung Panglima ABRI 1980an Jenderal M Yusuf.
Tiba-tiba suasana sidang terasa hening. Semua mata dan telinga ikut mendengar suara Ahok yang berubah serak dan terbata. Ahok berhenti bicara, lalu terisak menahan tangis saat menceritakan kisah ayah kandungnya yang bersumpah dengan ayah angkatnya seorang mantan Bupati Bone 1967 -1970, H. Andi Baso Amir, seorang muslim taat. Kedua keluarga ini bersumpah bahwa keluarga mereka adalah saudara sampai akhir hayat.
Ahok beberapa kali menghentikan ceritanya karena menahan tangis. Ia menarik nafas dalam mencoba menahan emosinya. Beberapa kali tisu diberikan oleh tim penasihat hukumnya. Ahok mengambil tisu itu. Mengelap air matanya.
Di luar sana teriakan suara pendemo pakai pengeras suara meneriakkan “AHOK KAFIR!! KAFIR!! TANGKAP AHOK!!”, terdengar menembus dinding ruang sidang pengadilan.
Saya yang mengambil siaran langsung juga ikut berkaca kaca menahan sedih atas ekspresi Ahok. Saya melihat banyak pengunjung juga ikut menangis. Ruhut Sitompul yang duduk di samping saya juga ikut menangis. Beberapa kali Ia menghapus air matanya dengan sapu tangan.
“Bapak Majelis Hakim Yang Mulia.. Saya tidak habis pikir bagaimana bisa tuduhan menista agama Islam ini bisa didakwakan kepada saya.
Saya seperti orang tidak tahu berterimakasih jika saya menghina agama orang tua angkat saya yang saya sayangi. Agama yang sangat saya hormati sejak saya kecil.
Bagaimana mungkin saya menista agama ayah angkat saya? Ayah angkat dan saudara saya yang sangat saya hormati?”, ucap Ahok dengan suara serak menahan tangis.
Saya melihat kesenduan dari balik badan Ahok yang memunggungi kami. Ia tidak rela dakwaan menista agama Islam ditimpakan kepadanya. Itu artinya dirinya telah mengkhianati sumpah setia saudara sehidup semati dengan keluarga angkatnya H. Andi Amir Baso yang beragama Islam taat.
Pukul 11.40 WIB, sidang ditutup. Ahok berdiri dan menyalami majelis Hakim. Ruhut Sitompul langsung berjalan mendekati Ahok. Aku berdiri memanggil Ahok. Mengharap bisa menjabat tangannya sekedar memberi penghiburan agar tetap tegar.
Ruhut menarik Ahok. Mereka berjalan cepat keluar ke arah belakang. Aku mengekor bersama abang angkat Ahok. Ahok bersama Ruhut Sitompul dan Edi Prasetyo berjalan cepat naik ke lantai dua. Mereka masuk ke sebuah ruangan ukuran 2×3. Aku ikut masuk. Ada tujuh orang di dalam ruangan itu.
Di ujung meja itu Ahok duduk. Di sampingnya Edi Prasetyo dan Ruhut Sitompul. Mereka berbicara ringan. Aku duduk di samping Ruhut Sitompul. Di depanku duduk abang angkat Ahok Andi Ananta Amir.
Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya berbaju kurung biru padu jilbab merah muda mendekati Ahok. Perempuan paruh baya itu menarik perhatian kami. Ia mendekap Ahok dari belakang. Mencium pipi Ahok sambil sesunggukan.
Ahok menutup matanya. Pelukan perempuan paruh baya itu membuat Ahok menarik nafas panjang. Ahok seakan sedang didekap ibu angkat yang sangat disayanginya.
Ibu angkat yang selalu memberi semangat dan selalu mendoakannya ketika orang-orang menghujatnya. Perempuan paruh baya itu semakin terisak. ” Huhuhuhu..Adikku ini baik sekali orangnya..huhuhuhu”, sedu perempuan baya itu sambil terus mendekap erat Ahok.
Mataku berkaca kaca melihat adegan menyayat hati ini. Aku bertanya pada abang angkat Ahok, siapa gerangan perempuan paruh baya itu. ” Dia kakak kandungku, Nana Riwayati”, jelas abang kandung Ahok.
Kakak adik berbeda iman dan suku yang disatukan oleh sumpah cinta kedua ayah mereka kini saling berpelukan dalam ruang pengadilan. Nana terus mendekap Ahok. Ia menangis tak peduli orang disekelilingnya juga terharu melihatnya.
Ahok menepuk tangan perempuan paruh baya itu. Ia menepuk tangan kakak angkatnya seolah berkata “Tidak apa apa kak…sudahlah jangan menangis lagi”. Ahok memberi tisu kepada kakak angkatnya itu.
Di depanku, aku melihat abang angkat Ahok menundukkan kepalanya. Matanya tidak mampu menahan buliran air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Ia tidak tahan melihat kakak kandungnya Nana menangis sambil mendekap erat Ahok. Ia heran mengapa saudara saudaranya seiman menghujat Ahok sebagai penista agama Islam, padahal Ia tahu Ahok sangat menghormati agama Islam.
Aku mendekati Ahok. Aku ingin menjabat tangannya. “Pak Ahok, saya Birgaldo Sinaga, tetap tegar dan kuat ya Pak, kami mendukung Bapak. Kami yakin Pak Ahok bisa melewati cobaan ini”, ujarku sambil menepuk pundak Ahok.
“Oh iya..siapa? Birgaldo Sinaga? Ya..ya..saya ingat. Saya sering membaca tulisan saudara. Terimakasih ya.”, ujar Ahok tulus sambil menjabat erat tanganku.
Aku tertegun. Tidak menyangka Ahok mengenal namaku. Padahal aku belum pernah bicara dengannya. Beberapa kali jumpa tapi sekedar selfie.
Polisi masuk ruangan. Mengajak Ahok agar segera keluar gedung pengadilan. Kami menyalaminya. Aku masih melihat matanya sembab. Ia memeluk abang angkatnya. Andi memeluk sambil menahan tangis. Nana, kakak angkat Ahok membisikkan sesuatu. Ahok mengangguk. Mereka berpelukan.
Ahok dan polisi melangkah cepat. Puluhan personel mengawal Ahok melewati koridor. Di luar gedung, pendemo semakin bergelora meneriakkan hujatan Tangkap Ahok..Tangkap Kafir Ahok.
Aku mendekati Nana. “Bu tadi ibu menangis sambil memeluk Ahok. Ibu bilang adikku ini baik sekali”, tanyaku ingin tahu.
“Iya..Adikku Ahok itu orang paling baik. Setiap bertemu, Ahok selalu bilang harapannya ingin menolong umat muslim yang susah dan miskin. Ia selalu bilang akan memperjuangkan kebijakan menaikkan martabat orang susah dan miskin”, ujar Nana masih dalam gurat sedih. Aku mengangguk. Nana mengejar Ahok dari belakang.
Kami berpisah. Aku berjalan bersama Bu Yen seorang relawan Ahok menerobos barisan polisi.
Koh Ahok…aku kehabisan kata untuk membesarkan hatimu. Ijinkanlah aku menuangkan segelas air putih lagi untuk menyegarkan jiwamu yang sedang dihimpit oleh orang orang yang berharap agar kau jatuh tergeletak tak berdaya.
Tetaplah tegar dan kuat ya Koh Ahok… Aku berharap cukuplah air matamu hanya di persidangan perdana ini. Esok… percayalah kebenaran akan mendekap dan memelukmu…karena orang benar tidak bisa dikalahkan sekalipun sejuta orang berusaha menginjak-injak wajahmu.
Salam perjuangan
https://seword.com/politik/adikku-ini-baik-sekali-isak-tangis-nana-kakak-angkat-ahok/